INFO PENTING

Senin, 13 Februari 2012

Debat Panas Penolakan FPI Di Kalteng





Baru-baru ini kita disodori berita yang mengagetkan, memprihatinkan sekaligus menggelikan dari peristiwa penolakan FPI oleh warga dayak Kalimantan tengah. Media (termasuk media sosial) kemudian mem-blow up besar-besaran seolah-olah bereuforia bahwa organisasi Islam yang sudah terlanjur dicap sering membuat keributan ini dipecundangi oleh masyarakat dayak Kalimantan Tengah.

Ada satu hal yang harus kita sikapi secara arif, dan tidak menjadi kekanak-kanakan apalagi seolah terpolarisasi dalam konsep perkubuan antara pendukung dan penghujat kedua kubu yang sedang belajar berekspresi diri ini.

FPI sebagai organisasi, memang divisi Nahi Munkarnya sering bersentuhan dengan masyarakat, tetapi juga perlu dilihat lebih arif, apakah betul FPI selalu membuat keributan. Masyarakat harus juga sadar sebagai manusia beragama, sebagai bangsa beretika, sebagai masyarakat santun, bahwa apa yang dilakukan oleh FPI beberapa diantaranya juga demi melindungi idealisme-idealisme yang baik.

Sangat tidak pada tempatnya, misalnya dibulan puasa acara dugem, mabuk-mabukan, pesta sex, pesta narkoba berlangsung secara bebas dan terang benderang. Hidup ini tidak hanya sekedar memelihara hak, tetapi juga harus memperhatikan dampaknya bagi masyarakat yang lain.

Para pemuja hak kebebasan pasti akan segera berdalih, kalau imannya orang Islam kuat, mau diiming-imingi narkoba, miras, atau paha mulus kagak bakalan tergoda.

Saya akan beranalogi yang sederhana saja. Kalau Anda sekalian makan, kemudian disebelahnya Anda saya kentut, kira-kira Anda marah tidak. Minimal Anda pasti ngumpat-umpat dan kalau mungkin, saya bisa Anda jithak.

Padahal kentut juga hak saya, daripada ditahan nanti sakit perut dan bisa masuk rumah sakit. Disamping itu, juga keluar dari pantat saya sendiri. Nggak juga merugikan finansial Anda.

Demikian juga ketika para muslim berpuasa, sementara yang lainnya sibuk dugem, pesta miras, dan pamer paha mulus.

Disisi lain, FPI sebagai organisasi, apabila Anda sekalian memuja kebebasan berekspresi diri, kebebasan bersuara, kenapa menganjurkan penutupan FPI dan penolakan FPI didaerah-daerah lain. Anda disisi lain bersuara lantang tentang hak dalam kebebasan bersuara dan berekspresi, disi lain ANda menghendaki organisasi-organisasi semacam FPI harus diberangus.

Terus bagaimana dengan peran media. Saat ini jujur atau tidak, media memang sangat tidak memihak pada organisasi semacam FPI. Hal-hal buruk mengenai FPI segera akan diberitakan keras-keras, sementara hal-hal baik ang dilakukan oleh FPI, segera ditutup rapat-rapat.

Padahal kalau mau jujur, preman terorganisis, organisasi-organisasi semacam PP, model satgas Parpol, atau laskar-laskar-an lainnya itu juga brutalnya bukan main. Perilaku premanisme mereka jauh lebih membahayakan daripada FPI. Coba lihat lagi data-data yang melatarbelakangi konflik Ambon.

Saya sendiri kurang setuju dengan perilaku represi berlebihan dari organisasi manapun. Mau FPI, mau Satgas, Mau Organisasi Kepemudaan, mau suporter sepakbola, bahkan aparat, selama melakukan represi berlebihan, ya sangat tidak baik bagi perkembangan republik ini.

Tidak ada komentar: